Beginilah Cara Ku Memaknai Cinta

Image

mari kita berbicara cinta

Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tapi dahsyat.-Anis Matta-

Aku tidak sedang jatuh cinta. Tapi…ah, entah mengapa saat ini ingin aku berbicara tentang cinta. Apa itu cinta, kawan? 🙂

Pukul 21.00 malam ahad kemarin, aku sendirian menyusuri jalanan sepulang liqo di bilangan Jatinegara. Risih. Risih dengan kesendirian di malam itu.

“Malem-malem baru pulang..sendirian aja mba?” satu dua celetukan mendarat di telinga. Ku abaikan dengan senyum di balik masker.

Atau perkatan tetua di kampung halaman kemarin. Masih terngiang.

“Ini anak gadis udah punya pacar belum?…kalo udah ada kan lulus nanti bisa langsung n*k*h!” dan lagi-lagi aku hanya menjawab dengan senyuman. Pemikiran yang tidak salah.

Bangga dengan kesendirian sebetulnya tidak ada dalam kamus kehidupan. Karena pada hakikatnya, kita di ciptakan berpasangan bukan?

Setiap kita pasti pernah merasakan jatuh cinta. Apa sesungguhnya rasa dari jatuh cinta itu? Karena bagiku kini, cinta tidak lebih dari sebatas harapan. Doa dan harapan yang terkumpul menjadi satu. Harapan, yang tak terlihat oleh mata. Harapan yang kulayangkan setiap ba’da sholat. Harapan yang membakar energi semangat setiap pagi. Masih berupa angan yang selalu kusapa dengan senyum manis di setiap harinya.

cinta membekukan

cinta membekukan

Dan cinta yang datang selama ini, justru menciptakan kebekuan. Kelu dan bisu. Tanpa kata seribu makna. Aku tak suka keadaan yang memenjara seperti itu. Maka setiap kali cinta itu datang, selalu kubisikan dalam pelan pada hati ini. Buang saja jauh-jauh cinta mu itu!

Munafik memang. Tidak ada manusia yang bisa hidup dalam kesendirina selamanya. Tapi untuk kali ini, ..hanya kali ini saja. Cinta itu buta dan dingin sekali hinga menembus tulang ubun-ubun. Jatuh cinta hanya akan menambahkan garam di hati yang tergores. Perih. Maka itu, aku memilih untuk tidak jatuh cinta. Lalu Kau bertanya, bisakah seperti itu? hmm…aku pun tak tahu.

Setiap insan memiliki caranya masing-masing dalam mengartikan cinta. Aku pun begitu. Setidaknya, walaupun untuk saat ini, cinta membekukan, namun di  dalam dada ini masih bersemayam cinta yang kokoh…

Bukan, ini bukan tentang ‘cinta tak harus memiliki’. Itu omong kosong!. Bagiku, cinta harus memiliki. Tak memiliki hanya akan menambah derita kerinduan.Cinta harus dibuktikan dengan kemampuannya untuk memiliki.

cinta menorehkan

cinta menorehkan

Cinta juga menorehkan. Menorehkan di hati yang kosong. Hanya sebatas itu. Hanya sebatas torehan, tidak lebih. Kau mungkin anggap aku ini menyedihkan sekali dengan ketidakmampuan mencintai. Tapi bagiku, justru inilah bukti kemampuan ku dalam mencintai. Mengutip kata-kata Bang Azhar ‘Menjauh Untuk Menjaga’.

Terdengar ambigu, dan tak masuk di akal. Memang begitulah. Cinta tanpa definisi.

Setiap hari di muka bumi ini, mungkin ada ribuan orang yang telah menemukan cintanya. Chemistry. Cinta tak kan hadir tanpa chemistry. Ingin aku bertanya pada seseorang yang telah menemukan cintanya. “Apa yang kau suka darinya?, tampan kah?kaya kah? pintar kah?” pasti dia akan menjawab.. “entahlah, hanya saja aku nyaman bersamanya”

Nah! itu bukti dari chemistry. Seolah satu jiwa yang terpisah lalu di pertemukan kembali. Sempurna di matanya, walaupun entah apa yang di sebut sempurna itu.

Begitulah cinta. Ia hadir di dalam dada setiap insan. Anugrah Tuhan yang tak pernah lekang dibicarakan oleh waktu.

Cinta mencairkan

cinta mencairkan

Ketika tiba saatnya nanti, cinta membekukan, lalu menorehkan itu akan terkembang menjadi cinta yang mencairkan.

Harapan-harapan dan doa yang telah terkumpul menjadi satu itu, yang kulayangkan setiap pagi, dan cinta yang kutorehkan dalam-dalam entah di bagian hati yang mana ini, akan luruh, jatuh, dan bermuara pada satu jiwa.

Satu jiwa yang akan selalu menghiasi hari-hari dengan senyuman dibalik suka maupun duka. Satu jiwa yang ketika bersamanya, seolah aku melihat jawaban Tuhan atas doa-doa ku. Satu jiwa yang akan mencintai entah karena apa. Satu jiwa yang kurindukan dan akan mencairkan kebekuan selama hampir 24 tahun nanti. Satu jiwa yang bisa menjadi kunci keberlayakan kita memasuki surga Nya. Satu jiwa, yang akan aku patuhi dan layani sampai akhir. Satu jiwa yang akan memimpin perjalanan menuju surga Nya. Satu jiwa yang akan membangunkanku setiap dini hari untuk menemui Nya. Satu jiwa yang akan mengingatkan dalam kebaikan. Satu jiwa yang akan menemani perjalanan panjang ini. Satu jiwa yang mencintai agama, Rosul, dan Tuhannya melebihi cinta pada apapun. Satu jiwa yang mencintai dengan kesederhanaannya mencintai. Satu jiwa yang entah akan datangnya dari mana. Dan satu jiwa yang sesungguhnya merupakan bagian dari jiwaku yang terpisah untuk sementara waktu.

Itulah mengapa sebab aku hanya menjawab pertanyaan mereka dengan senyuman. Karena aku yakin, aku tak pernah sendiri. Ini hanya masalah waktu.

Teruntuk mereka yang berjauhan, kita hanya perlu yakin bahwa jarak itu akan segera luruh -Azhar Nurun Ala-

cinta anis quote

cinta:mengubah dunia menjadi sepenggal firdaus

love

kutulis ini dengan cinta 🙂

Leave a comment